• SERIKAH LANGIT TANPA BINTANG...

    Malam itu langit agak berseri walaupun cuma ditemani butiran bintang kecil. Biar bulan tidak muncul-muncul hingga sepertiga malam, langit tetap mesra bersama bintang. Indahnya masih kelihatan. Biar si pungguk sunyi menanti bulan tak jelma, bintang tetap ada menghiasi malam dengan senandung sinarnya untuk seisi alam. Bintang, biar sinarnya kecil sekali berkelipan ia tetap ada. Walau dibias sinar matahari ketika siang bintang tetap ada memberi sinar.

    Bulan sekali-sekala terlupa adanya bintang yang setia di sisi biarpun kadangkala bulan tidak muncul pun menemani bintang. Dan langit juga mungkin beralih perhatian pada sang bulan kerana hadirnya mengindahkan langit. Bintang sendiri lagi. Namun tetap bersinar biar tidak seterang mana. Bulan yang ditunggu-tunggu jika tidak muncul. Bulan yang dirindu jika awan gelap menutup sinar. Dan bintang terus dengan sinar kecilnya di situ. Di dada langit dan di sisi bulan.

    Lalu adakalanya dada langit tidak berteman bintang. Bintang tidak muncul bersama di langit. Bulan cukup terang di dadanya. Rupanya sesekali bintang juga berduka lara dan menghilang diri. Menguncupkan sinar di balik langit yang kelam. Cuma memerhati suasana dari jauh.

    "Ah..langit tetap indah bersama bulan jika aku tiada!"

    Namun langit rupanya jadi sunyi tanpa bintang. Sebetulnya tidak berseri. Walau sinar bulan lebih terang, namun bintang yang tetap di dadanya selalu. Mengindahkan dadanya dengan kerlipan sinar. Mempesonakan malam yang surut cahaya ketika bulan tak kunjung tiba. Langit jadi tak keruan bila memandang dadanya tanpa cahaya bintang.

    "Ke manakah bintang hilang? Jarang bintang tidak muncul di dadaku".

    Kelihatan langit suram biar bulan terang di situ. Langit nampak pucat. Awan berarak juga terasa sunyi tanpa sinar bintang malam itu.

    "Mugkinkah bintang berduka, langit?" Teka si awan memandang suram di wajah langit.

    "Aku kan masih ada di sini langit. Jangan bermuram." Tegur bulan sambil memberi sinaran yang lebih terang.

    Awan tersenyum melihat gelagat bulan.

    "Sinarmu tidak akan sama dengan sinar bintang, wahai bulan. Walau engkau lebih terang dari bintang, ketahuilah sekecil-kecil sinar bintang itu, ia tetap ada walaupun wujud sinar lain yang lebih terang menandinginya."

    "Aku merindui sinar bintang di dadaku..." Desis langit dalam sunyi malam.

    Pawana tiba-tiba berhembus lembut. Awan turut berlalu bersama tiupan semilir malam yang mendamaikan itu. Dan perlahan-lahan di balik kepul-kepul awan itu, ternampak kerlipan bintang yang semakin lama semakin silau sinarnya. Akhirnya langit kembali indah dengan hiasan bintang dan bulan di dadanya. Pungguk juga terlerai rindunya!

    (Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu)

    Surah An-Nur : 24:35

    (Aku rindu suasana tengok bintang waktu dulu-dulu.)

0 Lintasan Hati :

TERIMA KASIH

Awas!

Dilarang sebarang aktiviti plagiat ke atas artikel di dalam laman ini. Jika itu berlaku, perlu meminta keizinan daripada pemilik laman ini terlebih dahulu.

Si Kandil's bookshelf: read

Manikam Kalbu
Bedar Sukma Bisu
Surat-Surat Perempuan Johor
Daerah Zeni
Dari Salina ke Langit Petang
Bahlut
Lagi Cerpen-Cerpen Underground
Beruk
Seorang Tua di Kaki Gunung
Tukcai
Badai Semalam
Dedaun Hijau Di Angin Lalu
Kau yang Satu
Juzuk
Panji Semirang
Bagaikan Puteri
Hijab Sang Pencinta
Nota Cinta Buatmu
Cinta Pertama
Pesanan Terakhir Seorang Lelaki


Si Kandil Hijau's favorite books »