
Ikut kata hati mati! Pernah dengarkan ungkapan itu? Saya juga pernah melakukannya demi kepuasan diri. Memang hasilnya puas dan kemudian menyesal sendiri bila ada hati yang terluka, ada jiwa yang terguris dan pastinya diri sendiri juga diganggu rasa tidak enak.
Manusia ini memang kadangkala ada berbuat salah. Bila kata maaf dipohon, hati perlu menerimanya bersama akal yang dianugerah untuk berfikir. Bukan memaafkan dengan cara memuaskan hati sendiri. Tapi biar keikhlasan itu seiring dengan kemaafan. Biarlah walaupun cuma secuit keihklasan, tapi keikhlasan yang sedikit itu mampu menawar segala racun dalam diri. Benar mempamer keikhlasan dalam kemaafan bukan semudah yang disangka. Dan ia juga hak masing-masing untuk merasa atau tidaknya ikhlas itu. Tapi bukankah lebih baik dihulurkan saja kemaafan itu bersama keikhlasan. Tidak rugi apa rasanya, bahkan lebih mendidik jiwa nurani yang telah mengetahui bahawa saling bermaaf-maafan itu adalah sifat yang diajar Rasulullah. Sedang nabi yang tiada cela dari dosa itu ampunkan ummat, inikan pula sesama manusia yang hina dina dan sering melakukan khilaf saban hari.
Perbuatan memaafkan itu adalah penawar segala sifat mazmumah dalam diri. Apabila maaf itu dihulur seikhlasnya, ia ibarat batu yang terbeban di bahu jatuh ke tanah. Begitu Allah menciptakan sesuatu yang tersirat dari sifat maaf dan ikhlas. Memang tiada setanding dengan sifat-sifat tercela yang tiada sebarang untung untuk manusia ciptaanNya bahkan hanya kegelapan hati yang ditemukan. Terkadang apabila mengenepikan rasa hati yang membawa mati itu (ego) sebenarnya lebih dipandang tinggi oleh manusia lain. Walau hakikatnya hati sendiri masih berparut dengan kesan luka, belajarlah memaafkan agar maaf yang lahir dari dalam hati itu bisa memercik air mahmudah agar hati yang kontang itu menjadi lebih segar. Itu sebenarnya hikmah yang tersirat dari yang tersurat. Ketahuilah iman itu mempunyai empat hakikat yang perlu kita dalami.
1) Ingat kebaikan orang pada diri kita
2) Lupa keburukan orang pada diri kita
3) Ingat keburukan diri kita pada orang
4) Lupa kebaikan diri kita pada orang
2) Lupa keburukan orang pada diri kita
3) Ingat keburukan diri kita pada orang
4) Lupa kebaikan diri kita pada orang
nota: Memang susah nak jadi baik macam ahli sufi dulu kala. ;)
0 Lintasan Hati :
Catat Ulasan